Latest Post

Kisah Di Musim Dingin

Written By f-syakirah on Rabu, 10 Agustus 2011 | 13.41

Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang putri kecil berumur 7 tahun, Lie Mei. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua. Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lain.



Suatu ketika di musim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat. Dia berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena dia akan membeli keranjang kue yang baru.



Pulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan menemukan pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah. Marahlah Siu Lan. Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu di rumah seperti pesannya.



Siu Lan menyusun kue kedalam keranjang, dan pergi keluar rumah untuk menjajakannya. Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue. Bagaimana lagi? Mereka harus dapat uang untuk makan.



Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa pulang. Putri kecil itu harus diberi pelajaran, pikirnya geram. Lie Mei sudah berani kurang ajar. Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku.



Dan.. sudah tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah. Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei.



Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia membukanya. Isinya sebungkus kecil biskuit yang dibungkus kertas usang. Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan namun tetap terbaca:



*"Hi..hi..hi. . Mama pasti lupa. Ini Hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hi…hi…hi.. Mama selamat ulang tahun."*



Kisah nyata ini sangat bagus untuk kita renungkan dimana dalam kehidupan kita sehari-hari kita sering marah kepada orang karena adanya persepsi dalam pikiran kita yang belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tindakan kita adalah sesuai dengan pikiran kita dan apabila pikiran kita salah maka tindakan kita pasti salah .... semoga True story ini bisa jadi pelajaran untuk kita.





Sumber: Kisah Di Musim Dingin (true story, seperti temuat dalam Xia Wen Pao, 2007)

Papa, bolehkah aku beli waktu Papa satu jam saja?

Pada suatu hari, seorang Ayah pulang dari bekerja pukul 21.00 malam. Seperti hari-hari sebelumnya, hari itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya dirumah ia mendapati anaknya yang berusia 8 tahun yang duduk di kelas 2 SD sudah menunggunya di depan pintu rumah. Sepertinya ia sudah menunggu lama.

“Kok belum tidur?” sapa sang Ayah pada anaknya. Biasanya si anak sudah lelap ketika ia pulang kerja, dan baru bangun ketika ia akan bersiap berangkat ke kantor di pagi hari.

“Aku menunggu Papa pulang , karena aku mau tanya berapa sih gaji Papa?”
“Lho,tumben, kok nanya gaji Papa segala? Kamu mau minta uang lagi ya?”
“Ah, nggak pa, aku sekedar..pengin tahu aja…”
“Oke, kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp.400.000. setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi gaji Papa satu bulan berapa, hayo?!”


Si anak kemudian berlari mengambil kertas dari meja belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan mengambil minuman. Ketika sang Ayah ke kamar untuk berganti pakaian, sang anak mengikutinya.

“jadi kalau satu hari Papa dibayar Rp 400.000 utuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp 40.000 dong!”
“Kamu pinter, sekarang tidur ya..sudah malam!” tapi sang anak tidak mau beranjak.
“Papa, aku boleh pinjam uang Rp 10.000 nggak?”
“Sudah malam nak, buat apa minta uang malam-malam begini. Sudah, besok pagi saja. Sekarang kamu tidur…”
“Tapi papa…”
“Sudah, sekarang tidur…” suara sang Ayah mulai meninggi.

Anak kecil itu berbalik menuju kamarnya. Sang Ayah tampak menyesali ucapannya. Tak lama kemudian ia menghampiri anaknya di kamar. Anak itu sedang-terisak-isak sambil memegang uang Rp 30.000.


Sambil mengelus kepala sang anak, Papanya berkata”Maafin Papa ya! kenapa kamu minta uang malam-malam begini..besok kan masih bisa. Jangankan Rp.10.000, lebih dari itu juga boleh. Kamu mau pakai buat beli mainan khan?….”

“Papa, aku ngga minta uang. Aku pinjam…nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajanku.”
“Iya..iya..tapi buat apa??” Tanya sang Papa.

“Aku menunggu Papa pulang hari ini dari jam 8. aku mau ajak Papa main ular tangga. Satu jam saja pa, aku mohon. Mama sering bilang, kalau waktu Papa itu sangat berharga. Jadi aku mau beli waktu Papa. Aku buka tabunganku, tapi cuma ada uang Rp 30.000. tapi Papa bilang, untuk satu jam Papa dibayar Rp 40.000.. karena uang tabunganku hanya Rp.30.000,- dan itu tidak cukup, aku mau pinjam Rp 10.000 dari Papa…”

Sang Papa cuma terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Ia pun memeluk erat anak kecil itu sambil menangis

Mendengar perkataan anaknya, sang Papa langsung terdiam, ia seketika terenyuh, kehilangan kata-kata dan menangis.. ia lalu segera merangkul sang anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..


“Maafkan Papa sayang…” ujar sang Papa.
“Papa telah khilaf, selama ini Papa lupa untuk apa Papa bekerja keras…maafkan Papa anakku…” kata sang Papa ditengah suara tangisnya. Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang Papa…

Referensi Lainnya : http://forumbisnisdanpromosi.blogspot.com/2011/08/sudahkan-anda-berzakat-bulan-ini.html

Kata Bijak Penjaga Tol

Assalamualaikum..

Setiap hari sebut saja Pak Ary pergi ke kantor dari rumahnya di bilangan Depok ke daerah Pondok Pinang melewati Pintu tol Jakarta Outer ring road yang sama.


Suatu hari, dimana biasanya para petugas tol hanya melihat jumlah uang kita, mengambilnya, menghitungnya dan mengembalikan uang sisa beserta tanda bukti pembayaran, setelah itu mereka akan melakukan hal yang sama kepada mobil berikutnya.


Teruuuuus seperti itu, kalaupun mereka dimutasi, maka hanya mutasi antar pintu tol, yang tentunya bagi kebanyakan petugas pintu tol tidak memberikan kebahagiaan bagi mereka.


Namun hari itu Pak Ary menemukan seseorang yang betindak berbeda. Ketika Pak Ary menyerahkan uangnya, seorang pria penjaga pintu tol tersebut menyapanya dengan hangat,”Selamat Pagi Pak..” guratan senyum di wajahnya pun mengembang.. mengambil uangnya, menghitungnya, dan mengembalikan sisa uang dan karcis tol seraya berkata “Selamat sampai di tujuan Pak…”. Pak Ary tertegun tak percaya, karena baru kali ini dia merasakan pengalaman tersebut. Sebuah hal kecil yang dilakukan oleh pria tersebut berdampak besar dan telah membuat perasaan Pak Ary Bahagia meluncur di jalan tol menuju kantornya.


Keesokan harinya Pak Ary kembali pergi ke kantor dan kembali melewati pintu tol yang sama. Dan Luar biasanya seorang pria Amazing tersebut masih melakukan hal yang sama seperti kemarin. Dan itu dilakukan kepada semua mobil yang melewati pintu tol tersebut.


Setelah menyelesaikan transaksi tersebut, Pak Ary memparkirkan kendaraannya di tepian tol, dan menghampiri sang pria penjaga tol yang Amazing tadi. Lalu Pak Ary bertanya dengan tulus, “Pak, Apa yang membuat Anda bertindak berbeda dengan para penjaga tol lainnya?”


Jawaban Sang Penjaga tol begitu Amazing, hingga hati saya pun bergetar ketika mendengar cerita Amazing ini. Anda mau tahu apa yang dikatakan oleh Sang Penjaga Tol?


“Saya bukanlah pribadi yang berlatar belakang pendidikan yang tinggi, saya bukan seorang guru yang dengan amalnya bisa membawanya ke Surga. Saya bukan seorang dokter yang dengan profesinya bisa membawanya ke Surga. Saya bukan seorang insiyur yang dengan karyanya bisa membawanya ke Surga.

Saat ini saya tidak memiliki profesi yang “Elit” seperti Anda semua. Namun saya tahu, siapapun yang melewati jalan tol ini, mereka adalah pribadi-pribadi yang sedang terburu-buru pergi menuju kantornya, tempat mereka berjihad dan berjuang, makanya mereka melewati jalan tol ini agar cepat sampai di tujuan. Ketika saya menyapa mereka dan mendoakan mereka agar selamat sampai di tujuan, saya hanya berharap saya juga memiliki andil terhadap kerja dan karya mereka yang akan membawa mereka menuju perjumpaan mulia dengan Tuhannya di Surga. Paling tidak itulah yang bisa saya lakukan. Tuhan tidak menilai dari apa jenis profesi saya, namun Tuhan Melihat,Mendengar, Menilai dari bagaimana saya melakukan kerja profesi saya. Itulah yang insyaAllah akan membuat saya berjumpa Tuhan di Surga-Nya kelak.”


AMAZING… bergetar hati ini ketika mendengar cerita tersebut. Bagaimana seorang Penjaga Tol bisa menempatkan profesinya sebagai bakti dan ibadah kepada Sang Maha Kuasa. Inilah kecerdasan spiritual, sebuah kecerdasan yang memiliki porsi terbesar dari sekedar kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) yang akan membawa Anda kepada kepada kebahagiaan dan kesuksesan sejati Anda di dunia dan akhirat. Mari kita senantiasa cerdaskan spiritualisme kita dengan terus mendekat kepada Sang Maha Kaya, lakukan apa yang diperintahkan, jauhi apa yang dilarang-Nya, sehingga perjumpaan dengan-Nya pun akan menjadi perjumpaan yang kita nantikan.

Insya ALLAH ^_^

Sumber: Islam Forever

Nasi Ayam dan Sepenggal Cerita

Mother, how are you today?
Mother, don't worry, I'm fine.
Promise to see you this summer.
This time there will be no delay


Ya, sepenggal lirik lagu dari Maywood, yang berjudul “Mother How Are You Today” membuat kami terinspirasi dalam menulis cerita singkat dibawah.


Meeting pun selesai, Irf pun berpamitan dengan para klien dengan mendapatkan hasil yang menggembirakan. Jabat tangan erat menghangatkan pada hiruk pikuk malam yang basah dan pertemuan dengan kliennya pun usai. Seperti biasa, apabila hasil yang di inginkan tercapai, manusia akan tersenyum senang.

Waktu telah menunjuk pukul 12 malam, Irf pun beranjak pulang. Tampak teramat letih karena sejak pagi bekerja tanpa henti menguras pikiran.

Seperti biasa pak Bidin adalah teman setia Irf yang selalu mengantar kemana saja Irf bekerja. Pak Bidin telah bekerja dengan Irf sudah sejak 10 tahun lalu. Tiba- tiba “kemana ya Pak Bidin?” Ucap Irf. “Harusnya dia ada disini, wong parkirannya juga tidak begitu luas.

Dengan rasa penasaran Irf lihatkiri dan ke kanan, Pak Bidin pun tak kunjung keliatan. Sampai akhirnya Irf pun memencet tuts ponselnya.

“Hallo Pak Bidin” Dimana? Kok enggak ada di tempat parkiran?”
Iya pak maaf, lima menit lagi saya sampai pak” Ucap Pak Bidin yang sepertinya dalam perjalanan menuju ke tempat Irf meeting dengan para kliennya.

Lima belas menit pun berlalu, tak ada terlihat lampu mobilnya Irf masuk ke halaman parkiran. Irf makin kian gelisah tak menentu. Sempat terpikir untuk naik taksi saja pulang ke kantor. Ahirnya Pak Bidin yang di tunggu sejak tadi sudah datang, Irf yang kesal langsung masuk mobil dan karena letih dan lelah bekerja ditambah lamanya menunggu, hampir saja Irf menumpahkan kekesalannya kepada Pak Bidin, bila Pak Bidin tak segera menyambut dengan senyum dan permintaan maaf.

Saat Irf menghidupkan radio mobil, matanya menoleh ke sesuatu yang dibungkus dengan pastik berwarna hitam. Dan ternyata sebuah plastic inilah yang membuat Pak Bidin datang terlambat. Tercium bau seperti Nasi Ayam kuah yang menusuk hidung dari bungkus plastik tersebut.


"Nasi Ayam ini buat ibu saya pak, tapi ngantrinya lama banget, maaf ya pak," kata Pak Bidin sekali lagi.

Ibu saya sudah tua dan sangat susah menemukan selera makannya. Nah, biasanya dengan menu nasi ayam ini dia mau makan pak dan biasanya lahap," cerita Pak Bidin tentang Si Sang Ibu yang kini tersisa dan Ayahnya sudah lama wafat. Ibu dan ayah mertuanya pun demikian.

Mendengar ceritanya Pak Bidin, pikiran Irf berterbangan entah ke mana-mana. Dan yang pasti, nasi ayam ini jika diletak dalam mobil sudah pasti akan cepat dingin. Sementara perjalanan ini masih cukup panjang. Pertama, Pak Bidin harus mengantarkannya

pulang ke rumah. Lalu Pak Bidin kembali ke kantor untuk mengembalikan mobil perusahaan. Nah setelah itu Pak Bidin masih harus menempuh perjalanan belasan kilometer dengan sepeda motornya dan sudah pasti jadi anyep nasib nasi ayam ini.

"AC-nya dimatikan saja Pak Bidin, dingin banget, saya juga pengen merokok."
Dalam hatinya Irf ingin agar nasi ayam yang dibawa Pak Bidin tak begitu dingin. Begitu AC di matikan, Irf pun membakar rokoknya.

Dalam asap yang tersembur melalui kaca mobil, pikirannya tiba-tiba melayang pada ibunya yang sudah sejak kapan tahun yang berada di sudut kota. Sudah lama dia tidak menyambangi ibunya itu. Entah kesibukan pekerjaan dan berbagai aktivitas yang harus dihadapinya, sering kali kerap membuatnya lupa untuk sekadar mungkin hanya meneleponnya.

Pak Bidin saja, yang penghasilannya pas-pasan bila dibandingkan dirinya, berusaha mati-matian menyisihkan sedikit uang untuk membeli sebungkus nasi ayam. Sedangkan dirinya, apa?!!

Irf nyaris melupakan semuanya tentang ibunya, tentang perempuan yang melahirkan dan membesarkannya dengan segala suka dan dukanya melalui kedua tangan keriput Ibunya. Dan dia tahu, ibunya sangat menyukai goreng pisang dan segelas kopi hangat yang katanya selalu menjadi menu romantis bersama Sudri, Ayahnya Irf.
Irf mengambil ponselnya untuk menelepon ibunya. Sayang tak ada jawab. Kemungkinan sudah tidur. Erfin, Iren dan Indah, ketiga adiknya yang setia menemani ibunya juga pasti terlelap.

Tak lama setelah melewati perempatan jalan, Irf pun menyuruh Pak Bidin menghentikan mobilnya. Padahal jarak menuju ke kantor masih sangat jauh.
"Gini aja pak, pak Bidin langsung saja pulang, bawa saja mobil kantor ini pulang kerumah. Motor Pak Bidin biarkan di titip dikantor. Nanti Pak Bidin kemalaman sampai di rumah, kasian Ibu Pak Bidin menunggunya nanti kelamaan"

Irf memilih untuk meneruskan perjalanan dengan menggunakan taksi. Betapa indahnya hidup Pak Bidin, yang teramat sangat menyayangi ibunya.
Tak lama kemudian, Irf menyetop taksi. Di kursi belakang taksi berwarna kuning itu, perasaan haru, bersalah, rindu bergelojak satu.

Sebuah janji yang pernah tercatat dalam hatinya, akhir pekan ini dia akan mengunjungi ibunya. Bersama dengan Biyan putri mungil juga cucu pertama dari keluarga Irf dan Mayarni sang istri tercinta.


Mother, how are you today?
Don't worry mm, I'm fine.
Promise me to see you this summer.
This time there will be no delay with Biyan and Mayarni.
*****


Well guys
Seberapa banyak waktu untuk kerja?
Seberapa banyak waktu untuk Orangtua?
Sibukah dengan sejuta aktivitas kerja yang sehingganya membuat lupa akan kehidupan pribadi, kehidupan dimana kamu kecil dirumah.
Segudang aktivitas yang membuat terlena, bahwa dibalik kesuksesan kerja ada mereka yang mendidik, membesarkan, mencari nafkah susah payah demi kesuksesan kita.
Sejuta pekerjaan yang membuat kesombongan itu ada, membuat lupa bahwa kita tidak ada apa-apanya tanpa mereka.

Entah apa yang dikejar hingga membuat kita sering lupa siapa diri ini sebelumnya. Diri yang dulu hanya bisa merangkak, hanya bisa menangis, hanya bisa meminta.
Bagi Ayah dan Ibu itu sederhana
Kepada Anak ku
Ingatlah kepada kedua tangan kami


TerimakasihIbu TerimakasihAyah kalian adalah selembar cerita yang tak pernah usai kami ceritakan



Referensi Lainnya : http://forumbisnisdanpromosi.blogspot.com/2011/08/kisah-kelapa-milik-pak-kyai.html
 
Support : Creating Website | Johny Template | f-syakirah
Copyright © 2012. f-syakirah - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger